Ahlan

Jumat, 09 Juli 2010

Memoar PKJS: Ketika Gempa Mengguncang

Rabu, 8 september 2009. Pangalengan-Kp. Cipanas-Sukamenak.

Sahur hari itu nampak menyenangkan, karena permasalahan yang terjadi saat evaluasi kemaren malam sudah berakhir. Setelah ssahur seperti biasa Rg shalat di masjid dan Ug shalat berjama’ah di rumah. Rencana hari itu 9 orang pergi ke firdaus dengan tugas mengajar dan observasi, 5 orang mengajar diniyah lalu Ug punya kegiatan khutbah pertama kalinya dan sisanya sadarlah kewajiban masing2.

Hari dimulai dengan mengantri mandi bagi Ug. Laki-laki pergi ke cipanas di belakang rumah. Karena tempatnya auriti sehingga disarankan Ug tidak disana. Setelah itu bagi yang mengajar di firdaus dipersilahkan pergi pkl. 07.00 karena belajar dimulai pkl. 08.00. sedangkan yang lain beres-beres. Hari itu terhitung cukup santai. Semua yang dirumah bisa tiduran santai atau bahkan jalan-jalan ke sekitar.

Yap ana dan cincin saat itu berencana mencuci pakaian yang tertumpuk dari hari sabtu. Selesai mencuci kami istirahat lagi karena mau apa ya? Sedangkan Rg sibuk dengan urusan masing masing. Entah. Yang pasti ana n cincin belanja….. yang akhirnya Cuma belanja bawang dan cabe plus krupuk karena mereka yang dari firdaus mau belanja di pasar. Sambel.

Pukul satu kami yang akan mengajar diniyah bersiap-siap karena kelas dimulai pkl. 2. sekitar jam 2 lebih kami ana, nadia, dika pergi ke masjid Nurul huda yang letaknya 5 rumah dari base camp. Jalan. Setelah sampai, takjub. Ternyata anak-anak sudah banyak yang datag dan kelas siap dimulai. Akhirnya kami mengambil kelas masing-masing. Ana kelas 1, nat dika klas 4-5 dan hilman klas 3 dan angga entah :P. pokonya awalnya proses transfer ilmu berjalan dengan lancar. Sednagkan di rumah base mereka yang mengajar sudah tiba di rumah sekitar pkl. 2. lelah. Semua melepaskan kelelahannya dengan duduk santai atau bahkan tidur pulas. Ngacai.

Sekitar pukul setengah tiga, situasi awalnya sedang tenang. Anak-anak tampak ceria. Ust. Usep yang sedari tadi mengontrol kelas diniyah tersenyum senang karena anak diniyah tampak antusias. Tapi tak disangka, tiba0tiba timbul suara keras dari atap kayu kelas. DUG DUG DUG DUG!!! Sangat keras hingga cukup memekakan telinga. Bising. Diikuti dengan goyangan lantai yang cukup kuat. Kekanan keriri. Seperti diayak! Anak anak spontan berteriak: LINI!!!! Tanpa banyak ba-bi-bu ana pun menyuruh anak-anak keluar. Semua lari dengan tak lupa membawa barang masing masing. Tertatih-tatih panic. Anehnya kenapa anak-anak keluar lewat pintu kelas yang sempit dan ber gang bukannya pintu masjid yang jauh lebih lapang. Aneh. Ternyata mereka menyimpan sandal mereka disana sehingga keluar lewat sana, “masih mikirin sandal?” pikirku. Tapi pikiran itu malah memperlambat gerakku. Akhirnya setelah melihat anak-anak berhasil keluar, akupun tersadar dan ikut berlari lewat jalur yang berbeda. Pintu utama masjid. Lari sekuatnya sambl membawa tas dan terus menggenggam sebatang kapur yang sedaritadi masih dipegang. Mengikuti baying punggung hilman aku ikut keluar bersamaan dengan reruntuhan masjid. Sial, masih ada 5 anak tangga yang harus dilewati. Terburu-buru daripada tertimpa genting yang berjatuhan, setelah menuruni satu anak tangga maka 4 anak tangga sisanya ku lompati dengan tergesa-gesa. Alhamdulillah ketika turun, aku berhasil melompat dengan sukses tanpa cidera. Setelah dihalaman. Aneh, kemana-anak-anak padahal lebih dulu keluar. Oh tidak! Mereka terjebak di gang bersama reruntuhan!! Untung hilman segera menyusul anak2. ketika aku berniat mengejar hilman, debu dari gang sempit menyeruak menghalangi pandangan dan mengganggu pernafasan. Gagal. Akupun menunggu di halaman. Menunggu anak-anak. Alhamdulillah semua berhasil keluar dengan selamat meski ada satu murid yang tangannya tertimpa reruntuihan genteng . berdarah. Setelah semua berhasil diselamatkan kami berkumpul di halaman masjid itu.berusaha menenangkan anak-anak yang shok karena tidak pernah terjadi gempa sebesar ini sebelumnya, gempa 6,3 skala richter sanggup membuat Pangalengan dan dekitarnya berguncang. saat itu hanya kalimat-kalimat Allah lah yang dapat menenangkan kami selua saat itu. Astagfirullahal'adziim....

beberapa saat kemudian Ust. Usep selaku mudir diniyah sekaligus sebagai ketua RW 6, tempat yabf kami tinggali datang, memastikan semuanya dalam keadaan selamat. ada sedikit rasa lega di wajahnya, namun guratan kekhawatiran masih tergambar jelas. tak lama kemudian, Hanif, anak Ust Usep pun datang melaporkan apa yang ia ketahui setelah berkeliling mencari tahu, mendata dengan apa yang ia lihat. semua yang ia lihat tak ada yang baik. kaca pecah, diding roboh, atap berserakan, darah mengalir, debu dimana-mana. semua hal ini membuat hati kami remuk redam, meski kami pendatang di sini tapi kami juga bisa merasakan rasa gelisah, khawatir, takut, kalut semua bercampur jadi satu. Hal ini menyadarkan kami betapa lemahnya manusia, tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Hari itu benar-benar menjadi hari duka bagi kami semua. Bulan ini pun bisa disebut bulan duka. Karena bukan satu orang yang ditinggal pergi oleh kerabatnya, bukan satu orang yang kehilangan tempat tinggalnya, bukan satu orang yang kehilangan rumah Allah, bukan satu orang yang kehilangan harta bendanya. Tapi tidak ada waktu untuk berduka sepanjang hari, karena hari esok masih harus kita bangun, masih harus kita perbaharui. Setidaknya untuk saat ini, mereka tidak hilang arah dan harus menyadari ada hidup yang mesti dilanjutkan.

Dua hari kemudian menjadi hari pengabdian kami disana. Sebagian mencari dana untuk bantuan dan sebagian lagi membantu di lapangan. Dan satu minggu kemudian kami telah menyelesaikan tugas khidmah kami. Pengalaman mengajari kami segalanya. Kebaikan warga yang sudah kami rasakan sejak pertama disini, semakin terasa kuat dan hangat seiring berjalannya waktu. Perpisahan tak terelakan, meski sedih kami tetap berusaha tegar meninggalkan keluarga kami yang masih harus berjuang membangun desa, membangun rumah mereka. Yang bisa kami berikan selalu hanyalah do’a semoga semuanya diberi kemudahan dalam musibah ini. Aamiin…

memoar of PKJS...
foto bareng Ust usep
depan kuburan boscha gaya yaaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar