Suatu hari ketika ustadz saya akan berziarah ke makam kedua orangtuanya di sebuah pemakaman umum, disana ia mendapati berbagai macam orang yang menawarkan jasanya. Ada yang berjualan bunga untuk ditaburkan diatas makam (sayang banget, padahal nantinya dibuang lagi), ada juga yang membawa pengki dan lidi menawarkan jasa pembersihan makam yang berantakan bekas bunga layu dan rumput liar, juga ada beberapa fakir yang menanti uluran tangan pengunjung makam. Itu agaknya cukup ‘biasa’ di Negara kita. Tapi ada satu yang paling unik adalah orang yang menjual jasa untuk membaca “Yasin.” Hmmm.. mari kita lihat dulu percakapan mereka.
“Pa, bade dibacaan Yasin?” Tanya salah seorang penawar jasa, Ustadz saya yang penasaran ‘mengetes’ sang penjual jasa yasin
“Berapa gitu pak satu surat?”
“Ya… biasa 100.000 pak” ustadz saya agaknya cukup tercengan mendengar harga itu. Berarti selama ini praktek jual beli ayat Allah sering terjadi, padahal itu kan tidak boleh.. Astagfirullah… lalu karena penasaran lagi, beliau mencoba menawarnya
“Mahal amat pak segitu. Gimana kalo 50.000 aja?” tanpa basa basi, sang penjual jasa mengiyakan
“Boleh pak, setengahnya juga gapapa”
Oke, percakapan cukup sekian. Da sebenarnya dari awal ustadz hanya ingin mengorek info mengenai hal ini. Sehingga ia tidak menyewa bapak tersebut.
"ketika do�a dan ayat Allah dijual, lalu dimana letak substansinya?" menurut Ust. Aam Amiruddin tadi shubuh. dimana letak niat dan kekhusuan juga tujuan saat berdo�a?? dari tahlilan -baca yasin- (maaf bagi yang tdk berkenan) ketika ada yang meninggal nya saja sudah tidak ada contoh dari Rasulullah, apalagi sampai sengaja menyuruh orang lain membacakannya dengan iming-iming uang!!?? MasyaAllah..
yang paling menyedihkan jika dalam jasa do�a itu sebelumnya terjadi tawar menawar... do�a kehilangan makna hakikinya. bukan untuk mendo�akan tapi untuk uang!
Fenomena seperti ini sudah sangat lazim di negri kita yang tercinta ini. Menjadi hal yang lumrah ketika ada yang meninggal atau berziarah kubur, surat yang dibaca adalah surat Yasin. Padahal setahu saya, isi dari surat yasin itu kan cerita tentang kaum yasin yang di azab. Hmmm… maksudnya? Apa hubungannya dengan yang meninggal? Mungkin inilah jejak wali songo yang terkenal menyebarkan islam di tanah jawa, yang belum sempat mereka khabarkan kebenaran yang sebenarnya. Wallahu a’lam.
Sejatinya, do’a adalah sesuatu yang diucapkan seorang muslim kepada Allah sebagai bentuk penghambaan dan lemahnya diri sebagai manusia (baik tentang kebaikan untuk kita dan orang lain atau do’a keburukan untuk seseorang) yang senantiasa membutuhkan Allah dimanapun, kapanpun. “Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah” tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah. Ya, itu yang membuktikan bahwa kita hanya mampu berusaha, merencanakan yang terbaik. Tapi Allah lah sang maha penentu segalanya. Sehingga manusia selamanya tidak akan bisa lepas dari kehendakNYA.
Adapun jika kita tidak hafal do’a yang telah dicontohkan oleh Rasull dalam qur’an atau hadits, tak perlu menyewa orang yang bisa membacakannya untuk kita. Cukup dengan bahasa kita sendiri. Karena sekali lagi do’a adalah kata-kata kita kepada Allah. misal untuk kasus mendo�akan ketika ziarah "Ya Allah, berikan kakek dan nenekku tempat yang baik disisimu, lapangkanlah mereka, dan terangilah mereka didalam gelapnya kubur. anugerahkan mereka surgamu ya Allah..
Dan tidak ada ketentuan dalam etika berdo’a harus menggunakan bahasa arab. Kalau ada,mohon tunjukkan pada saya karena saya belum pernah menemukannya.
Karena do’a adalah interaksi langsung antara manusia dan Allah maka hal itu harus dibarengi dengan kesungguhan dan keyakinan pada kekuasaan Allah. Dan sejatinya do’a tidak bias diperjual belikan. Sungguh celaka orang-orang yang berani memperjualbelikan ayat Allah.
Selain itu do’a akan terdengar lebih indah jika kita sendiri yang mengucapkannya. Dengan merangkai kata sedemikian rupa, sesederhana apapun, itu akan lebih dasyat daripada do’a yang diucapkan sambil dipimpin dan berjama’ah. Bukanya saya melarang atau menjelekkan berdo’a berjama’ah, tapi pastinya tiap orang punya keinginan yang berbeda sehingga alangkah sangat baik jika kita menyempatkan dalam setiap sujud kita, terutasa di sujud malam kita sebagai ajang untuk menumpahkan keinginan dan segala hal yang kita ingin curahkan kepada Allah. Jujurlah pada Allah, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan. Karena sesungguhnya Allah maha mendengar do’a hambanya dan senang pada hambanya yang meminta kepadanya. Larena hal itu merupakan gambaran lemahnya kita dan hanya Allah lah tempat bergantung. Wallahu a’lam bi Sawwab….
“Pa, bade dibacaan Yasin?” Tanya salah seorang penawar jasa, Ustadz saya yang penasaran ‘mengetes’ sang penjual jasa yasin
“Berapa gitu pak satu surat?”
“Ya… biasa 100.000 pak” ustadz saya agaknya cukup tercengan mendengar harga itu. Berarti selama ini praktek jual beli ayat Allah sering terjadi, padahal itu kan tidak boleh.. Astagfirullah… lalu karena penasaran lagi, beliau mencoba menawarnya
“Mahal amat pak segitu. Gimana kalo 50.000 aja?” tanpa basa basi, sang penjual jasa mengiyakan
“Boleh pak, setengahnya juga gapapa”
Oke, percakapan cukup sekian. Da sebenarnya dari awal ustadz hanya ingin mengorek info mengenai hal ini. Sehingga ia tidak menyewa bapak tersebut.
"ketika do�a dan ayat Allah dijual, lalu dimana letak substansinya?" menurut Ust. Aam Amiruddin tadi shubuh. dimana letak niat dan kekhusuan juga tujuan saat berdo�a?? dari tahlilan -baca yasin- (maaf bagi yang tdk berkenan) ketika ada yang meninggal nya saja sudah tidak ada contoh dari Rasulullah, apalagi sampai sengaja menyuruh orang lain membacakannya dengan iming-iming uang!!?? MasyaAllah..
yang paling menyedihkan jika dalam jasa do�a itu sebelumnya terjadi tawar menawar... do�a kehilangan makna hakikinya. bukan untuk mendo�akan tapi untuk uang!
Fenomena seperti ini sudah sangat lazim di negri kita yang tercinta ini. Menjadi hal yang lumrah ketika ada yang meninggal atau berziarah kubur, surat yang dibaca adalah surat Yasin. Padahal setahu saya, isi dari surat yasin itu kan cerita tentang kaum yasin yang di azab. Hmmm… maksudnya? Apa hubungannya dengan yang meninggal? Mungkin inilah jejak wali songo yang terkenal menyebarkan islam di tanah jawa, yang belum sempat mereka khabarkan kebenaran yang sebenarnya. Wallahu a’lam.
Sejatinya, do’a adalah sesuatu yang diucapkan seorang muslim kepada Allah sebagai bentuk penghambaan dan lemahnya diri sebagai manusia (baik tentang kebaikan untuk kita dan orang lain atau do’a keburukan untuk seseorang) yang senantiasa membutuhkan Allah dimanapun, kapanpun. “Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah” tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah. Ya, itu yang membuktikan bahwa kita hanya mampu berusaha, merencanakan yang terbaik. Tapi Allah lah sang maha penentu segalanya. Sehingga manusia selamanya tidak akan bisa lepas dari kehendakNYA.
Adapun jika kita tidak hafal do’a yang telah dicontohkan oleh Rasull dalam qur’an atau hadits, tak perlu menyewa orang yang bisa membacakannya untuk kita. Cukup dengan bahasa kita sendiri. Karena sekali lagi do’a adalah kata-kata kita kepada Allah. misal untuk kasus mendo�akan ketika ziarah "Ya Allah, berikan kakek dan nenekku tempat yang baik disisimu, lapangkanlah mereka, dan terangilah mereka didalam gelapnya kubur. anugerahkan mereka surgamu ya Allah..
Dan tidak ada ketentuan dalam etika berdo’a harus menggunakan bahasa arab. Kalau ada,mohon tunjukkan pada saya karena saya belum pernah menemukannya.
Karena do’a adalah interaksi langsung antara manusia dan Allah maka hal itu harus dibarengi dengan kesungguhan dan keyakinan pada kekuasaan Allah. Dan sejatinya do’a tidak bias diperjual belikan. Sungguh celaka orang-orang yang berani memperjualbelikan ayat Allah.
Selain itu do’a akan terdengar lebih indah jika kita sendiri yang mengucapkannya. Dengan merangkai kata sedemikian rupa, sesederhana apapun, itu akan lebih dasyat daripada do’a yang diucapkan sambil dipimpin dan berjama’ah. Bukanya saya melarang atau menjelekkan berdo’a berjama’ah, tapi pastinya tiap orang punya keinginan yang berbeda sehingga alangkah sangat baik jika kita menyempatkan dalam setiap sujud kita, terutasa di sujud malam kita sebagai ajang untuk menumpahkan keinginan dan segala hal yang kita ingin curahkan kepada Allah. Jujurlah pada Allah, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan. Karena sesungguhnya Allah maha mendengar do’a hambanya dan senang pada hambanya yang meminta kepadanya. Larena hal itu merupakan gambaran lemahnya kita dan hanya Allah lah tempat bergantung. Wallahu a’lam bi Sawwab….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar