Ahlan

Kamis, 06 Mei 2010

Makmudin Loki sang kelinci kulit karpet

Adalah Makmudin Loki. Seekor kelinci piaraan keponakan saya yang bernama Fahran. Sebut saja Paan. Makmudin Loki berawal dari keinginan Paan untuk punya piaraan kelinci seperti yang dimiliki sohib kentalnya Reza. Dan setelah mencoba meyakinkan orangtuanya, akhirnya Paan sukses memiliki Makmudin. Makmudin nadalah kelinci berjenis kulit karpet, maksudnya kulitnya padat menyerupai karpet dan tidak mudah rontok.
Makmudin Loki berasal dari kata Makmur Odin Loki yang disingkat. Kenapa makmur? Karena Reza telah menamai kelincinya dengan nama Sule, sehingga untuk menyeimbanginya Paan menamainya Makmur (dalam sinetron komedi “awal ada sule” yang sekarang sedang booming, terkisahkan dua orang khadim –pembantu- yang bersahabat bernama sule dan makmur). Sedangkan Odin dan Loki adalah nama dewa mitologi Yunani kuno. Jika sekilas dipikir, namanya bisa menyaingi manusia karena terdiri dari 3 karakter dan merupakan blasteran Indonesia yunani. Benar-benar luar biasa.
Sebelumnya sekitar 4 tahun yang lalu, sudah pernah ada sepasang kelinci yang tinggal dirumah ini, yang dinamai Abu dan Putih (sesuai dengan warnanya). Ya keduanya adalah kelinci yang pitar, karena mereka itu menurut dan meski dikeluarkan dari kandang, jika dipanggil maka mereka segera kembali. Semua berjalan dengan indah. Namun takdir berkata lain. ternyata kelinci itu hilang secara berurutan. Pertama, si Abu yang mati entah kenapa. Tiba2 saja ia menjadi pendiam dan sekitar 2 hari kemudian ia pun meninggal. Meninggalnya Abu sempat membuat ruang rapat kakak ipar saya –bapaknya Fahran- karena ketika diketahui Abu meningal, Ipar saya langsung dihubungi oleh kakak saya –ibunya Fahran- yang kebetulan sedang rapat. Lalu ketika HP berbunyi ia pun ijin untuk menerima telepon penting itu.
“halo, papah itu Abu meninggal!”
“Innalillahi… kapan mah?” mendengar kata “innalillahi” semua orang di ruangan rapat tampak kaget
“Tadi siang, baru aja”
“Waduh, yaudah mah sekarang papah lagi meeting, nanti paphah pulang cepat, assalamu’alaikum” Klik mati. Dan setelah itu Ipar saya ditanyai oleh rekan-rekannya karena kata ‘innalillahi’ yang terucap dan ia pun menjawab “itu Abu Tukang Air langganan saya meninggal” dan serempak semuanya berucap “Innalillahi..” Tottaly miss communication. Hahahahahah
Sepulangnya ia dari kantor, betapa snagat terkejut ketika ia tahu bahwa yang mati bukanlah Abu Tukang Air Langganan, tapi ternyata Abu sang kelinci imut abu-abu.. dan tak lama kemudian mereka mengubur Abu dihalaman belakang.
Tak lama kemudian, beberapa hari berikutnya. Si Putih yang sangat aktif dan suka jalan-jalan seperti biasa selalu dikeluarkan dari kandangnya waktu siang hari. Tapi hari itu lain, biasanya menjelang jam 4, si Putih selalu kembali dengan mandiri ke kandang. Tapi hari itu hingga Maghrib Putih tak kunjung kembali hingga akhirnya setelah dicari, Putih tak tampak dimana2, di selokan, di tempat sampah, (dikhawatirkan putih tertabrak mobil atw motor dan dibuang disana) disawah, dll. Maka hari Itu Putih menghilang dan kosonglah kandang.

Lalu bagaimana dengan nasib makmudin selanjutnya? Akankah ia panjang umur di rumah ini? Atau ia hanya akan senasib dengan Abu? Ah semoga saja tidak. Dan inilah tanggung jawab manusia sebagai makhluk yang mesti merawat dan melindungi makhluk yang lemah.. do'akan saja agar dia panjang umur.. aamiiin
kurang lebih kaya gini... bukan si makmudin asli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar